Ash-Shalatu wassalamu ‘alayka ya man arsalahullahu Rahmatan lil’alamin. Wa Radliyallahu ta’ala ‘an Ash-habi Rasulillahi Ajma’in. Amin
Kami berwasiat kepada diri kami sendiri serta anda semua, marilah kita terus meningkatkan ketakwaan kepada Allah S.w.t, dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya, menyeru kepada kebaikan, mencegah daripada yang munkar, serta senantiasa bershalawat ke atas junjungan kita yang mulia Sayyidina Rasulullah Nabi Muhammad S.a.w, keluarganya dan sahabatnya. Shollu 'Alan Nabi ..!
Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Aalihi wa Shahbihi wa Sallam bersabda:
من صلى يوم الجمعة ثمانين مرة غفرت له ذنوب ثمانين سنة قيل يا رسول الله كيف الصلاة عليك ؟ قال تقول :اللهم صل على محمد عبدك و رسولك النبى الأمى
"Man sholla 'alayya yaumal jum'ati tsamaaniina marrotan ghufirot lahu dzunuubu tsamaaniina sanatan qiila yaa rasuulallahi kaifash sholaatu 'alaika? Qoola taquulu : Allahumma Shalli 'Alaa Muhammadin 'Abdika Warasuulikan Nabiyyil Ummiyyi.".
Artinya: "Barangsiapa yang membaca shalawat untukku delapan puluh kali di hari Jum'at maka akan diampunkan dosanya yang delapan puluh tahun, Rasulullah S.a.w ditanya, "Bagaimana membaca shalawat kepadamu ya Rasulullah?", Katakanlah; "Allahumma Shalli 'Alaa Muhammadin 'Abdika wa Rasulikan Nabiyyil Ummiyyi".". (HR. Ad Dara Quthni, Hasan oleh Al Iraqi, di dalam Kitab Irsyadul 'Ibad Ilasabilirrosyad).
Ketahuilah, membaca Shalawat kepada Nabi Muhammad S.a.w adalah salah satu ibadah paling mulia, bentuk ketaatan paling luhur, ibadah yang paling tinggi nilainya yang diperintahkan Allah S.w.t kepada kita, sebagai bentuk penghormatan, pemuliaan dan pengagungan terhadap derajat Beliau S.a.w.
Orang yang membaca shalawat dijanjikan akan mendapatkan tempat paling indah di akhirat dan pahala paling besar. Membaca shalawat adalah amal perbuatan yang menyelamatkan, ucapan paling utama, ibadah yang menguntungkan, mengandung berkah paling banyak, dan ahwal (keadaan) yang paling kokoh.
Dengan membaca shalawat, seorang hamba bisa meraih keridhaan Tuhan Yang Maha Penyayang. Memperoleh kebahagiaan dan Restu Allah S.w.t, berkah-berkah yang dapat dipetik, doa-doa yang terkabulkan, bahkan dia bisa naik ke tingkatan derajat yang lebih tinggi, serta mampu mengobati penyakit hati dan diampuni dosa-dosa besarnya. ~ (Nasihat Syekh Abdul Qadir Al Jailani Qaddasallah Sirrahu, dalam As-Safinah Al Qadir iyah).
Shalawat kepada Rasulullah S.a.w adalah pintu yang akan menyampaikan kita kepada keridhaan Allah S.w.t. Shalawat ke atas Nabi S.a.w adalah menjadi guru bagi orang yang tidak memiliki guru, yang akan menyampaikan dirinya kepada Allah S.w.t.
Rasulullah S.a.w bersabda: "Barangsiapa bershalawat kepadaku maka para Malaikat akan bershalawat (memohonkan ampun) untuknya selama dia membacanya. Maka bacalah olehmu sedikit atau sebanyak mungkin.". (Syarh Ratib Imam Al Haddad).
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَاَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ
Dari Sayyidina Abdullah bin Mas'ud R.a, bahwa Rasulullah S.a.w bersabda:
"Sesungguhnya manusia yang paling utama denganku pada hari kiamat ialah
yang paling banyak bershalawat ke atasku.".
(HR Tirmidzi).
Shalawat Membawa Keselamatan di Dunia dan di Akhirat
Telah diceritakan bahwa ada seorang yahudi yang menuduh seorang muslim mencuri ontanya. Maka ia (si yahudi) mendatangkan empat orang saksi palsu dari golongan munafiq. Ketika Nabi S.a.w hendak memutuskan hukum, bahwa onta itu milik orang yahudi dan sanksi memotong tangan orang muslim, sehingga orang muslim itu kebingungan.
Telah diceritakan bahwa ada seorang yahudi yang menuduh seorang muslim mencuri ontanya. Maka ia (si yahudi) mendatangkan empat orang saksi palsu dari golongan munafiq. Ketika Nabi S.a.w hendak memutuskan hukum, bahwa onta itu milik orang yahudi dan sanksi memotong tangan orang muslim, sehingga orang muslim itu kebingungan.
Maka dia mengangkat kepalanya menengadah ke langit seraya berkata; "Tuhanku, dan Baginda Tuanku, Engkau Maha Mengetahui bahwa sesungguhnya aku tidak mencuri onta ini". Kemudian ia berkata pula; "Wahai Rasulullah, sungguh keputusan hukum engkau itu betul, akan tetapi mintalah keterangan kepada onta ini". Kata Nabi S.a.w; "Hai onta milik siapakah engkau?", Onta itu menjawab dengan kata-kata yang fasih dan terang; "Wahai Rasulullah, saya adalah milik orang muslim ini dan sesungguhnya mereka (penuduh dan para saksi) itu semua berdusta".
Kata Nabi S.a.w; "Hai muslim, beritahukan kepadaku, apakah yang engkau perbuat, sehingga Allah S.w.t menjadikan onta ini bisa mengatakan milikmu?", "Wahai Rasulullah, saya tidak tidur di waktu malam sehingga lebih dulu membaca shalawat untuk engkau 10 kali". Nabi S.a.w berkata: "Engkau telah selamat (dari hukum dipotong tanganmu) di dunia ini dan selamat juga (dari siksa) di akhirat nantinya dengan sebab berkahnya engkau membaca shalawat untuk saya.". (Durratul Waa'izdiina).
Shalawat Memudahkan Berjalan Mantap di Atas Shirath Dengan Selamat
Sekiranya bagaimanakah kita tatkala melalui titian shirath?, Berikut sebuah hadits dari Abdurrahman bin Samrah yang dituturkan oleh Sa’id bin Al-Musayyab. Nabi S.a.w bersabda: “Kulihat seorang dari umatku berjalan di atas shirath, kadang meranghak-rangkak dan kadang bergelantung, kemudian datanglah shalawat (yang diucapkannya dahulu ketika hidup di dunia) lalu membangunkannya hingga dapat berdiri dan berjalan dengan kakinya, lalu ia diselamatkan oleh shalawatnya.”. (Diriwayatkan oleh Abu Musa Al-Madiny di dalam At-Targhib Wat-Tarhib, sebagai hadits hasan jiddan [amat baik]).
Shalawat Merupakan Amalan Yang Sangat Berat Kebaikannya Ketika di Mizan
Dari Ka'ab R.a, bahwa dia berkata; Bila telah datang hari qiyamat, maka Nabi Adam A.s melihat salah seorang dari umat Muhammad S.a.w yang digiring (dihalau) ke neraka, dan dia (Nabi Adam A.s) memanggil; "Hai Muhammad". Kata (jawab) Nabi Muhammad S.a.w; "Yaa, hai Abul basyar (ayah para manusia)". Kata Adam; "Sungguh ada seorang dari umatmu yang dihalau ke neraka". Maka Nabi S.a.w meloncat dibelakangnya sehingga mendapatkan orang itu dan berkata; "Hai para malaikat Tuhanku, berhentilah dahulu!". Mereka (para malaikat) berkata; "Hai Muhammad tidakkah engkau baca firman Allah S.w.t; "Laa ya'shuuna maa amarahum wa yaf'aluuna maa yu-maruun" (Mereka itu (para malaikat) tidak mendurhakai kepada Allah terhadap apa-apa yang diperintahkan dan mereka mengerjakan apa-apa yang mereka diperintah)".
Maka mereka (para malaikat) mendengar seruan-Nya (Allah S.w.t); "Hai para malaikat, taatlah kamu sekalian kepada Muhammad S.a.w.". Kata Nabi S.a.w; "Kembalikan dia ke tempat timbangan!". Maka amalnya pun ditimbang dan menjadi lebih beratlah kejahatannya daripada kebaikannya. Lalu Nabi S.a.w mengeluarkan kertas (catatan) dari sakunya yang di dalam catatan itu terdapat tulisan shalawat yang dibacakan sewaktu di dunia, kemudian diletakkan sebagai tambahan kebaikan sehingga menjadi lebih berat.
Orang laki-laki itupun gembira dan berkata; "Demi ayahku dan ibuku, siapakah engkau ini?", Rasulullah S.a.w bersabda; "Saya adalah Muhammad". Kemudian laki-laki itu mencium kaki Nabi S.a.w seraya berkata; "Wahai Rasulullah, Apakah kertas (catatan) itu?", Kata Nabi S.a.w; "Dia adalah shalawat yang engkau baca untuk saya sewaktu di dunia, saya simpan untuk kamu". Kata seorang hamba; "Duh menyesal sekali aku terhadap apa-apa yang telah aku lengahkan (tidak bershalawat)disisi Allah S.w.t.". (Kanzul Akhbaari).
Pasti Diterima dan Takkan Berlebih-lebihan
Imam Abul Hasan Asy-Syadzilli pernah berkata, “Di akhir zaman tidak ada amalan yang lebih baik daripada bershalawat kepada Rasulullah S.a.w”. Ungkapan ini disandarkan pada firman Allah S.w.t;
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian kepada Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”. (QS Al-Ahzab [33]: 56).
Juga hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Abu Huraihah R.a, dari Nabi S.a.w, Beliau bersabda; “Barang siapa bershalawat kepadaku satu kali, niscaya Allah bershalawat kepadanya (melimpahkan rahmat) sepuluh kali.”.
Adapun maksud ucapan Imam Abul Hasan Asy-Syadzilli tersebut adalah bahwa tidak ada amalan yang pasti diterima kecuali shalawat kepada Rasulullah S.a.w. Karena semua amalan disyaratkan padanya niat yang ikhlas semata-mata karena Allah. Amalan yang dilakukan dengan riya’ dan sum`ah, ingin dipuji dan didengar orang lain, tidak akan diterima oleh Allah S.w.t. Namun shalawat kepada Nabi S.a.w, para ulama bersepakat, bagaimanapun shalawat itu diucapkan, pasti diterima oleh Allah S.w.t, bahkan sekalipun orang yang mengucapkannya itu melakukannya dengan riya’, misalnya. Hal ini juga sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Al Imam Ibnu Hajar Al 'Asqalani yang menyatakan "Tidak tertolak shalawat atas Nabi S.a.w".
Al Hafidh Asy-Syaraji berkata; "Semua dzikir tidak diterima kecuali dengan khusyu’ dan hadir hati kecuali shalawat Nabi S.a.w, maka akan diterima meskipun tanpa khusyu’ dan hudhurul qalbi". Karena itu Abul Hasan Al Bakri mengatakan; "Seharusnya seorang jangan kurang membaca shalawat tiap hari dari lima ratus kali".
Setinggi, sebanyak dan sepanjang apapun puji-pujian serta sanjungan kepada Rasulullah S.a.w tak akan pernah dan takkan bisa berlebih-lebihan, bahkan yang ada adalah masih 'kurang' dan 'rendah' (yakni tak akan mencapai tingginya keagungan Nabi S.a.w) meski semua manusia mengupayakan semaksimal mungkin dan sekuat tenaga, sebab tak ada satu makhluk pun yang dapat menyaingi pujian-Nya Allah S.w.t atas keangungan Kekasih-Nya Nabi Muhammad S.a.w. Itulah sebabnya para ulama mengatakan: "Sanjungan kepada Rasulullah S.a.w, bagaimanapun bentuk dan tingginya, tidak akan pernah menyamai ketinggian dan keagungan derajat Beliau, karena keagungan yang Beliau miliki datangnya dari Allah S.w.t, Yang Maha Qadim (dahulu tanpa batas). Maka tidak mungkin dan tidak akan pernah pujian dan sanjungan makhluk menyamai pujian dan sanjungan-Nya yang kekal dan abadi.".
إِنَّ اللَّهَ وَ مَلَئكتَهُ يُصلُّونَ عَلى النَّبىِّ يَأَيهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صلُّوا عَلَيْهِ وَ سلِّمُوا تَسلِيماً
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian kepada Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”. (QS Al-Ahzab [33]: 56).
Juga hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Abu Huraihah R.a, dari Nabi S.a.w, Beliau bersabda; “Barang siapa bershalawat kepadaku satu kali, niscaya Allah bershalawat kepadanya (melimpahkan rahmat) sepuluh kali.”.
Adapun maksud ucapan Imam Abul Hasan Asy-Syadzilli tersebut adalah bahwa tidak ada amalan yang pasti diterima kecuali shalawat kepada Rasulullah S.a.w. Karena semua amalan disyaratkan padanya niat yang ikhlas semata-mata karena Allah. Amalan yang dilakukan dengan riya’ dan sum`ah, ingin dipuji dan didengar orang lain, tidak akan diterima oleh Allah S.w.t. Namun shalawat kepada Nabi S.a.w, para ulama bersepakat, bagaimanapun shalawat itu diucapkan, pasti diterima oleh Allah S.w.t, bahkan sekalipun orang yang mengucapkannya itu melakukannya dengan riya’, misalnya. Hal ini juga sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Al Imam Ibnu Hajar Al 'Asqalani yang menyatakan "Tidak tertolak shalawat atas Nabi S.a.w".
Al Hafidh Asy-Syaraji berkata; "Semua dzikir tidak diterima kecuali dengan khusyu’ dan hadir hati kecuali shalawat Nabi S.a.w, maka akan diterima meskipun tanpa khusyu’ dan hudhurul qalbi". Karena itu Abul Hasan Al Bakri mengatakan; "Seharusnya seorang jangan kurang membaca shalawat tiap hari dari lima ratus kali".
Setinggi, sebanyak dan sepanjang apapun puji-pujian serta sanjungan kepada Rasulullah S.a.w tak akan pernah dan takkan bisa berlebih-lebihan, bahkan yang ada adalah masih 'kurang' dan 'rendah' (yakni tak akan mencapai tingginya keagungan Nabi S.a.w) meski semua manusia mengupayakan semaksimal mungkin dan sekuat tenaga, sebab tak ada satu makhluk pun yang dapat menyaingi pujian-Nya Allah S.w.t atas keangungan Kekasih-Nya Nabi Muhammad S.a.w. Itulah sebabnya para ulama mengatakan: "Sanjungan kepada Rasulullah S.a.w, bagaimanapun bentuk dan tingginya, tidak akan pernah menyamai ketinggian dan keagungan derajat Beliau, karena keagungan yang Beliau miliki datangnya dari Allah S.w.t, Yang Maha Qadim (dahulu tanpa batas). Maka tidak mungkin dan tidak akan pernah pujian dan sanjungan makhluk menyamai pujian dan sanjungan-Nya yang kekal dan abadi.".
Mengucurkan Limpahan Rahmat (pengampunan) Allah S.W.T dan Terkabul Doa-doa
Berkata Al-Barra’ R.a, bahwa Nabi S.a.w bersabda: “Segala doa itu terdinding (terhalang untuk dikabulkan) dari langit sehingga orang yang berdoa itu mengucapkan shalawat untuk (Nabi)Muhammad dan keluarga (Nabi) Muhammad.”. Dalam riwayat yang lain, "Setiap doa akan terhalang (untuk dikabulkan) hingga dibacakan shalawat kepada (Rasulullah) Muhammad dan Keluarganya.". (HR Thabrani).
Setiap do'a akan melalui suatu hijab di langit, ketika dibacakan shalawat kepada Nabi S.a.w maka terbukalah hijab itu dan naiklah do'a itu, tanpa shalawat atas Nabi, maka do'a itu akan tetap tertahan, terpantul dan takkan terkabul, sebagaimana diriwayatkan dari Sayyidina Anas bin Malik R.a, dari Nabi S.a.w; "Tidak satu doa pun kecuali antara do'a itu dan langit terdapat suatu hijab, sehingga dibacakan shalawat kepada Nabi S.a.w. Kalau dibacakan shalawat kepada Nabi S.a.w, maka terkoyaklah hijab itu dan masuklah doa itu. Dan bila tidak dibacakan shalawat, maka kembalilah doanya.".
Sayyidina Umar bin Khatthab R.a, ia berkata; “Innad du’aa-a mauquufun bainas samaa-i wal ardhi laa yash‘adu minhu syai-un ĥattaa tushallii ‘alaa Nabiyyika”, (Sesungguhnya do'a itu terhenti di antara langit dan bumi, sedikit pun tak bisa naik sehingga engkau bershalawat atas Nabi-mu).
Demikianlah, doa tidak akan dikabulkan tanpa shalawat atas Sayyidina Rasulullah Nabi Muhammad S.a.w. dan Keluarga Beliau S.a.w. Tanpa diiringi shalawat, do'a 'tergantung' di awang-awang.
Sayyidina Abu Bakar as-Shiddiq R.a berkata; "Membaca shalawat pada Rasulullah S.a.w lebih kuat untuk menghapus dosa dari pada air terhadap api, dan mengucapkan salam pada Rasulullah S.a.w lebih afdhal dari memerdekakan budak, dan cinta pada Rasulullah S.a.w lebih afdhal dari pada mengorbankan jiwa dan dari pada memukul dengan pedang fisabilillah.". (Annumairi dan Ibn Basykual).
Sabda Rasululah S.a.w:
"Walaupun seseorang (dari) kamu membawa kebaikan-kebaikan
(sebanyak) seisi dunia nanti di hari kiamat padahal tidak ada shalawat atasku,
semuanya ditolak dan tidak diterima".
(Al Mushtathraf fi Kulli Fannil Mustazraf)
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْرًا
Dari Abu Huraihah R.a, dari Rasulullah S.a.w, Beliau bersabda; “Barang siapa bershalawat kepadaku satu kali, niscaya Allah bershalawat kepadanya (melimpahkan rahmat) sepuluh kali.”. (HR Muslim).
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ وَحُطَّتْ عَنْهُ عَشَرَ خَطِيْئَاتٍ، وَرُفِعَتْ لَهُ عَشْرَ دَرَجَاتٍ
“Siapa yang (membaca) shalawat kepadaku satu kali, maka Allah akan bershalawat kepadanya (merahmatinya) sepuluh kali dan dihapuskan baginya sepuluh kesalahan serta diangkat untuknya sepuluh derajat”. (Shahih An-Nasa’i).
"Sesungguhnya apabila engkau melakukan ketaatan kepada Allah seumur hidupmu, bahkan Allah berikan diatas umurmu adalah umurnya seluruh manusia, untuk digunakan dalam ketaatan kepada-Nya. Maka sesungguhnya lebih hebat satu shalawat dari Allah S.w.t.". ~ Al Habib Umar bin Hafidz.
Suatu ketika sahabat Ubay bin Ka'ab R.a berkata: "Wahai Rasulullah, saya akan menjadikan seluruh waktuku untuk bershalawat kepadamu", maka Rasulullah S.a.w bersabda: "Karena itu, seluruh dosa-dosamu akan diampuni dan semua kesedihanmu akan dihilangkan (yakni tercukupi semua kebutuhan dan diberi jalan keluar atas segala masalah). (HR Tirmidzi 2457. Hasan Shahih).
Biasakan Bershalawat dan Ucapkan Shalawat Ketika Nama Rasulullah S.A.W Disebutkan
Dalam riwayat Imam Tirmidzi, dari Abu Hurairah R.a, ia berkata; Rasulullah S.a.w bersabda; "Sungguh rendah dan hina orang yang mendengar namaku disebut tetapi tidak mengucapkan shalawat kepadaku.". Selain daripada ini adalah perintah bershalawat yang sangat jelas, hadist ini juga mengisyaratkan kepada kita akan keutamaan bershalawat, sehingga yang tak mengucapkannya akan mendapat 'teguran' yang tegas, yakni dikategorikan sebagai orang yang rendah dan hina.
Biasakan untuk bershalawat kepada Nabi Muhammad Rasulullah S.a.w, dan biasakanlah untuk berucap; “Allahumma Shalli wa Sallim wa Baarik Alaih” ketika nama Beliau disebutkan, setiap kali mendengar nama Muhammad (Rasulullah S.a.w) diucapkan. Sebagaimana dalam riwayat Imam At-Thabarani, Nabi S.a.w bersabda; "Siapa yang mendengar namaku disebut lalu ia tidak membaca shalawat untukku, maka ia akan salah jalan menuju surga". (yakni akan tersesat dari jalan surga), juga pada hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Rasulullah S.a.w mengatakan; “Orang yang kikir (pelit) adalah orang yang disebutkan namaku dihadapannya maka dia tidak bershalawat kepadaku.”.
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Aalihi wa Shahbihi wa Sallam bersabda:
"Tiadalah salah seorang dari kalian beriman, sehingga aku lebih dicintai olehnya dari pada dirinya, hartanya, anaknya, orang tuanya dan manusia semuanya".
Keimanan seorang hamba Allah S.w.t dapat diukur dari kecintaannya terhadap Sayyidina Muhammad S.a.w, seberapa sering ia mengingat-ingat Rasulullah, menyebut-nyebut Nama Nabinya, dihadirkannya di dalam hati, diteladaninya dalam kehidupannya, dihayati keagungan, kemuliaannya dan ditaati ajaran-ajarannya, yang membuat hamba Allah S.w.t itu semakin berlipat ganda kecintaannya dan menambah kerinduannya kepada Beliau S.a.w, yang kesemuanya dalam bingkaian indah, yakni bershalawat ke atas Nabi Muhammad S.a.w. "Allahumma habbibni ilannabi" (Ya Allah tambahkanlah rasa cintaku kepada Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam).
لاَ يُؤْمِنُ اَحَدُكُمْ حَتَّى اَكُوْنَ اَحَبَّ اِلَيْهِ مِنْ نَفْسِهِ وَمَالِهِ وَوَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ اَجْمَعِيْنَ
Keimanan seorang hamba Allah S.w.t dapat diukur dari kecintaannya terhadap Sayyidina Muhammad S.a.w, seberapa sering ia mengingat-ingat Rasulullah, menyebut-nyebut Nama Nabinya, dihadirkannya di dalam hati, diteladaninya dalam kehidupannya, dihayati keagungan, kemuliaannya dan ditaati ajaran-ajarannya, yang membuat hamba Allah S.w.t itu semakin berlipat ganda kecintaannya dan menambah kerinduannya kepada Beliau S.a.w, yang kesemuanya dalam bingkaian indah, yakni bershalawat ke atas Nabi Muhammad S.a.w. "Allahumma habbibni ilannabi" (Ya Allah tambahkanlah rasa cintaku kepada Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam).
"Wahai orang-orang yang beriman! bershalawatlah kalian kepada Nabi Muhammad S.a.w
serta ucapkanlah salam sejahtera dengan penghormatan yang sepenuhnya".
Semoga keselamatan untuk segenap ummat Nabi Muhammad S.a.w. Aamiin.
Allahuma Shalli 'Ala Sayyidina Muhammad wa 'Ala Aalihi wa Shahbihi wa Sallim
~ Wassalam ~
Tiada ulasan:
Catat Ulasan
Nota: Hanya ahli blog ini sahaja yang boleh mencatat ulasan.