Surga Kenikmatan Yang Kekal; Berita Akhirat; Mahir Ahmad Ash-Shufiy
Tidak ada yang mengetahui jumlah bidadari selain Allah, sebagaimana kita tidak tahu sedikitpun berapa jumlah seluruh malaikat, baik jumlah maupun materi mereka.
Firman Allah: “Tidak ada yang mengetahui bala tentara Rabb-mu kecuali Dia sendiri…” al-Muddatstsir: 31)
Kita juga tidak tahu berapa jumlah seluruh manusia di muka bumi ini, sebagaimana kita juga tidak tahu secara pasti berapa jumlah manusia sejak pertama diciptakan hingga nanti pada hari kiamat. Namun, Allah adalah Dzat Yang Maha Mengetahui.
Firman Allah: “Dia (Allah) benar-benar telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti.” (Maryam: 94)
Kita tidak dapat mengetahui jumlah bidadari, baik dari segi jenisnya, materinya, maupun hakekatnya, kecuali sebagian kecil berdasarkan informasi yang telah dituturkan Allah dalam Al-Qur’an atau dari hadits-hadits Rasulullah saw.
Firman Allah: “Mereka dan pasangan-pasangannya berada dalam tempat yang teduh, bersandar di atas dipan-dipan.” (Yaasiin: 56)
Firman Allah: “Dan di sana mereka (memperoleh) pasangan-pasangan yang suci. Mereka kekal di dalamnya.” (al-Baqarah: 25)
Kata “azwaajuHum” dan kata “azwaj” pada dua ayat di atas, mengisyaratkan bahwa kata bidadari secara bahasa adalah “mengumpulkan”. Kedua ayat tersebut juga mengisyaratkan bahwa jumlah bidadari itu benar-benar tidak terbilang. Jumlahnya di atas tiga. Anugerah Allah tidak berhubungan dengan jumlah ini, tetapi hingga jumlah yang dikehendaki Allah. Anugerah dan kemuliaan Allah tidak terbatas, tidak ada awal, juga tidak ada akhirnya.
Rasulullah saw. menuturkan dalam sebagian haditsnya tentang jumlah bidadari yang akan diperoleh orang-orang mukmin:
Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya kelompok pertama yang akan masuk surga itu wajahnya tampan dan cantik, seperti bulan di malam bulan purnama. Mereka tidak meludah, tidak ingusan, dan tidak pula buang air besar. Bejana mereka terbuat dari emas. Sisir mereka terbuat dari emas dan perak. Aroma dupanya harum mirip dupa india. Aroma keringat mereka seperti parfum. Setiap orang memiliki dua istri yang air sumsum betisnya terlihat dari balik dagingnya karena kecantikannya.” (HR Bukhari dalam kitab Shahih dan Fathul Bari serta Muslim dalam Kitabul Jannah)
Adanya ketentuan bahwa setiap laki-laki mukmin ahli surga memiliki dua orang istri ini, sepertinya adalah batasan paling sedikit sebab ada sebuah hadits yang menyatakan bahwa orang yang mati syahid setelah masuk surga ia beristrikan tujuh puluh dua istri dari kalangan bidadari.
Diceritakan dari Miqdam bin Ma’dy Kariba bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Orang yang mati syahid ada tiga macam, ada yang langsung diampuni dosa-dosanya pada saat pertama kali darahnya mengalir dan diperlihatkan kepadanya tempat tinggalnya di surga, dijauhkan dari siksa kubur, aman dari rasa takut yang amat besar, di kepalanya diletakkan mahkota kewibawaan yang terbuat dari Yakut, yang lebih baik dari dunia berserta seluruh isinya, beristrikan tujuh puluh dua istri dari kalangan bidadari, dan ia dapat memberi pertolongan kepada kerabatnya…” (HR Bukhari dan Muslim dalam Misykah al-Mashabih)
Diceritakan dari Abi Mas’ud al-Ghifari bahwa ia mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Tidaklah seorang hamba yang berpuasa satu hari di bulan Ramadlan, kecuali Allah akan menganugerahkan kepadanya seorang istri dari bidadari yang ada di sebuah tenda yang terbuat dari mutiara yang terpelihara, sebagaimana Allah menuturkan karakteristiknya: ‘Bidadari-bidadari yang dipelihara di dalam kemah-kemah.’ (ar-Rahmaan: 72). Setiap bidadari mengenakan tujuh puluh pakaian yang berwarna-warnai (warnanya tidak ada yang sama satu dengan yang lain), dan terdapat tujuh puluh warna yang baik-baik, yang tak ada yang mirip satu dengan yang lain. Setiap satu bidadari memiliki tujuh puluh dipan yang terbuat dari yakut merah, dihiasi mutiara dan yakut. Setiap satu dipan memiliki tujuh puluh sprei. Setiap sprei terdapat satu singgasana. Setiap bidadari memiliki tujuh puluh ribu pelayan. Setiap pelayan memiliki satu lembar yang terbuat dari emas. Pada lembaran tersebut terdapat bermacam-macam makanan yang akan dirasakan kelezatannya awal hingga akhir suapan, sedangkan suami juga diberikan fasilitas yang sama di atas dipan yang terbuat dari yakut merah. Fasilitas semacam ini sebagai imbalan hari puasanya di bulan Ramadlan, selain amal kebaikannya yang lain.” (HR Ibnu Huzaimah dalam Shahih, Baihaqi dalam Bab Syhabil Iman, Abu Ya’la dalam kitab Musnad)
Diceritakan dari Ibnu Abbas ra. bahwa ia bertanya kepada Rasulullah saw.: “Apakah kami harus memberikan nafkah batin kepada istri kami di surga, sebagaimana di dunia?” Rasulullah menjawab: “Ya, Demi Dzat yang aku berada dalam kekuasaan-Nya, sesungguhny lelaki akan memberi nafkah batin dalam satu hari seratus perawan.” (HR Abu Ya’la dalam Musnad dan Hannad bin as-Sary dalam az-Zuhd)
Diceritakan dari Abu Umamah bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Tidak seorang pun yang dimasukkan ke surga oleh Allah, kecuali akan diberi dua istri ditambah tujuh puluh istri. Dua dari bidadari dan tujuh puluh bidadari lagi yang diambil dari bagiannya orang-orang neraka. tidak seorang pun dari para bidadari itu, melainkan ia memeliki kenikmatan yang menggairahkan, sedangkan bagi suaminya akan senantiasa kuat.” (HR Ibnu Majah)
Terhadap semuanya, anugerah Allah di surga tidak berlebihan. Manusia di dunia akan melewati masa hidupnya. Boleh jadi, ia tidak pernah menyalurkan nafsu seksualnya kecuali terhadap seorang istrinya. Bahkan, boleh jadi ia tidak pernah menyalurkan nafsu seksualnya sama sekali. Di akhirat, ahli surga akan memiliki istri yang banyak, tetapi tidak ada yang tahu pasti berapa.
Bagi orang yang hidup di dunia dan dikunci mati hatinya, mereka melemparkan diri ke lembah maksiat dan perzinaan. Akhirnya mereka merusak orang lain dan diri sendiri. Mereka pun hidup dalam payung murka Allah.
Firman Allah: “Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk.” (al-Israa’: 32)
Firman Allah: “Sedang mereka saling melihat. Pada hari itu, orang yang berdosa ingin sekiranya dia dapat menebus (dirinya) dari adzab dengan anak-anaknya, dan istrinya dan saudaranya, dan keluarga yang melindunginya (di dunia), dan orang-orang di bumi seluruhnya, kemudian mengharapkan (tebusan) itu dapat menyelamatkannya.” (al-Ma-‘aarij: 11-14)
Itulah yang akan terjadi. Seseorang akan memukul wajahnya sendiri dan menggigit jarinya, dan terhempaslah mereka ke lembah penyesalan; “Dia berkata: ‘Alangkah baiknya sekiranya dahulu aku mengerjakan (kebajikan) untuk hidupku ini.” (al-Fajr: 24)
Tidak ada yang mengetahui jumlah bidadari selain Allah, sebagaimana kita tidak tahu sedikitpun berapa jumlah seluruh malaikat, baik jumlah maupun materi mereka.
Firman Allah: “Tidak ada yang mengetahui bala tentara Rabb-mu kecuali Dia sendiri…” al-Muddatstsir: 31)
Kita juga tidak tahu berapa jumlah seluruh manusia di muka bumi ini, sebagaimana kita juga tidak tahu secara pasti berapa jumlah manusia sejak pertama diciptakan hingga nanti pada hari kiamat. Namun, Allah adalah Dzat Yang Maha Mengetahui.
Firman Allah: “Dia (Allah) benar-benar telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti.” (Maryam: 94)
Kita tidak dapat mengetahui jumlah bidadari, baik dari segi jenisnya, materinya, maupun hakekatnya, kecuali sebagian kecil berdasarkan informasi yang telah dituturkan Allah dalam Al-Qur’an atau dari hadits-hadits Rasulullah saw.
Firman Allah: “Mereka dan pasangan-pasangannya berada dalam tempat yang teduh, bersandar di atas dipan-dipan.” (Yaasiin: 56)
Firman Allah: “Dan di sana mereka (memperoleh) pasangan-pasangan yang suci. Mereka kekal di dalamnya.” (al-Baqarah: 25)
Kata “azwaajuHum” dan kata “azwaj” pada dua ayat di atas, mengisyaratkan bahwa kata bidadari secara bahasa adalah “mengumpulkan”. Kedua ayat tersebut juga mengisyaratkan bahwa jumlah bidadari itu benar-benar tidak terbilang. Jumlahnya di atas tiga. Anugerah Allah tidak berhubungan dengan jumlah ini, tetapi hingga jumlah yang dikehendaki Allah. Anugerah dan kemuliaan Allah tidak terbatas, tidak ada awal, juga tidak ada akhirnya.
Rasulullah saw. menuturkan dalam sebagian haditsnya tentang jumlah bidadari yang akan diperoleh orang-orang mukmin:
Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya kelompok pertama yang akan masuk surga itu wajahnya tampan dan cantik, seperti bulan di malam bulan purnama. Mereka tidak meludah, tidak ingusan, dan tidak pula buang air besar. Bejana mereka terbuat dari emas. Sisir mereka terbuat dari emas dan perak. Aroma dupanya harum mirip dupa india. Aroma keringat mereka seperti parfum. Setiap orang memiliki dua istri yang air sumsum betisnya terlihat dari balik dagingnya karena kecantikannya.” (HR Bukhari dalam kitab Shahih dan Fathul Bari serta Muslim dalam Kitabul Jannah)
Adanya ketentuan bahwa setiap laki-laki mukmin ahli surga memiliki dua orang istri ini, sepertinya adalah batasan paling sedikit sebab ada sebuah hadits yang menyatakan bahwa orang yang mati syahid setelah masuk surga ia beristrikan tujuh puluh dua istri dari kalangan bidadari.
Diceritakan dari Miqdam bin Ma’dy Kariba bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Orang yang mati syahid ada tiga macam, ada yang langsung diampuni dosa-dosanya pada saat pertama kali darahnya mengalir dan diperlihatkan kepadanya tempat tinggalnya di surga, dijauhkan dari siksa kubur, aman dari rasa takut yang amat besar, di kepalanya diletakkan mahkota kewibawaan yang terbuat dari Yakut, yang lebih baik dari dunia berserta seluruh isinya, beristrikan tujuh puluh dua istri dari kalangan bidadari, dan ia dapat memberi pertolongan kepada kerabatnya…” (HR Bukhari dan Muslim dalam Misykah al-Mashabih)
Diceritakan dari Abi Mas’ud al-Ghifari bahwa ia mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Tidaklah seorang hamba yang berpuasa satu hari di bulan Ramadlan, kecuali Allah akan menganugerahkan kepadanya seorang istri dari bidadari yang ada di sebuah tenda yang terbuat dari mutiara yang terpelihara, sebagaimana Allah menuturkan karakteristiknya: ‘Bidadari-bidadari yang dipelihara di dalam kemah-kemah.’ (ar-Rahmaan: 72). Setiap bidadari mengenakan tujuh puluh pakaian yang berwarna-warnai (warnanya tidak ada yang sama satu dengan yang lain), dan terdapat tujuh puluh warna yang baik-baik, yang tak ada yang mirip satu dengan yang lain. Setiap satu bidadari memiliki tujuh puluh dipan yang terbuat dari yakut merah, dihiasi mutiara dan yakut. Setiap satu dipan memiliki tujuh puluh sprei. Setiap sprei terdapat satu singgasana. Setiap bidadari memiliki tujuh puluh ribu pelayan. Setiap pelayan memiliki satu lembar yang terbuat dari emas. Pada lembaran tersebut terdapat bermacam-macam makanan yang akan dirasakan kelezatannya awal hingga akhir suapan, sedangkan suami juga diberikan fasilitas yang sama di atas dipan yang terbuat dari yakut merah. Fasilitas semacam ini sebagai imbalan hari puasanya di bulan Ramadlan, selain amal kebaikannya yang lain.” (HR Ibnu Huzaimah dalam Shahih, Baihaqi dalam Bab Syhabil Iman, Abu Ya’la dalam kitab Musnad)
Diceritakan dari Ibnu Abbas ra. bahwa ia bertanya kepada Rasulullah saw.: “Apakah kami harus memberikan nafkah batin kepada istri kami di surga, sebagaimana di dunia?” Rasulullah menjawab: “Ya, Demi Dzat yang aku berada dalam kekuasaan-Nya, sesungguhny lelaki akan memberi nafkah batin dalam satu hari seratus perawan.” (HR Abu Ya’la dalam Musnad dan Hannad bin as-Sary dalam az-Zuhd)
Diceritakan dari Abu Umamah bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Tidak seorang pun yang dimasukkan ke surga oleh Allah, kecuali akan diberi dua istri ditambah tujuh puluh istri. Dua dari bidadari dan tujuh puluh bidadari lagi yang diambil dari bagiannya orang-orang neraka. tidak seorang pun dari para bidadari itu, melainkan ia memeliki kenikmatan yang menggairahkan, sedangkan bagi suaminya akan senantiasa kuat.” (HR Ibnu Majah)
Terhadap semuanya, anugerah Allah di surga tidak berlebihan. Manusia di dunia akan melewati masa hidupnya. Boleh jadi, ia tidak pernah menyalurkan nafsu seksualnya kecuali terhadap seorang istrinya. Bahkan, boleh jadi ia tidak pernah menyalurkan nafsu seksualnya sama sekali. Di akhirat, ahli surga akan memiliki istri yang banyak, tetapi tidak ada yang tahu pasti berapa.
Bagi orang yang hidup di dunia dan dikunci mati hatinya, mereka melemparkan diri ke lembah maksiat dan perzinaan. Akhirnya mereka merusak orang lain dan diri sendiri. Mereka pun hidup dalam payung murka Allah.
Firman Allah: “Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk.” (al-Israa’: 32)
Firman Allah: “Sedang mereka saling melihat. Pada hari itu, orang yang berdosa ingin sekiranya dia dapat menebus (dirinya) dari adzab dengan anak-anaknya, dan istrinya dan saudaranya, dan keluarga yang melindunginya (di dunia), dan orang-orang di bumi seluruhnya, kemudian mengharapkan (tebusan) itu dapat menyelamatkannya.” (al-Ma-‘aarij: 11-14)
Itulah yang akan terjadi. Seseorang akan memukul wajahnya sendiri dan menggigit jarinya, dan terhempaslah mereka ke lembah penyesalan; “Dia berkata: ‘Alangkah baiknya sekiranya dahulu aku mengerjakan (kebajikan) untuk hidupku ini.” (al-Fajr: 24)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan
Nota: Hanya ahli blog ini sahaja yang boleh mencatat ulasan.