Ahad, 16 September 2018

Dasyatnya ” Laa Hawla Wa Laa Quwwata Illa Billah”


Bagi seorang Muslim Hawqalah yaitu lafaz ‘ Laa hawla wa laa quwwata illa billah “ tentu bukan hal yang asing. Ucapan tersebut sering kali diucapkan secara spontan ketika seseorang dalam kesulitan, dalam keadaan tertekan atau bisa juga ketika seseorang terkagum-kagum menyaksikan keajaiban yang terjadi, yaitu suatu kejadian yang mustahil terjadi menurut pikiran manusia.
Namun demikian mungkin tidak semua Muslim menyadari betapa dasyatnya Hawqalah tersebut. Karena sesungguhnya kalimat ringkas ini sarat makna dan memiliki keutamaan yang luar biasa.
Suatu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pada ‘Abdullah bin Qois,
“Wahai ‘Abdullah bin Qois, katakanlah ‘Laa hawla wa laa quwwata illa billah’, karena ia merupakan simpanan pahala berharga di surga” (HR. Bukhari no. 7386).
“ Laa hawla wa laa quwwata illa billah “ biasa diartikan dengan beberapa arti yang mirip satu sama lain. Sebagian ulama mengartikannya dengan “Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah semata-mata “. Sementara sebagian lain mengartikannya dengan “Tidak ada kuasa bagi hamba untuk menolak keburukan dan tidak ada kekuatan untuk meraih kebaikan selain dengan kuasa Allah.” Dan ada pula ulama yang menafsirkannya dengan “Tidak ada usaha, kekuatan dan upaya selain dengan kehendak Allah”.
Ibnu Mas’ud berkata,“Tidak ada daya untuk menghindarkan diri dari maksiat selain dengan perlindugan dari Allah. Tidak ada kekuatan untuk melaksanakan ketaatan selain dengan pertolongan Allah.”
Imam Nawawi menyebutkan berbagai tafsiran di atas dalam Syarh Shahih Muslim dan beliau katakan, “Semua tafsiran tersebut hampir sama maknanya.” (Syarh Shahih Muslim, 17: 26-27).
Lafaz “Laa haula wa laa quwwata illa billah” sesungguhnya adalah ungkapan penyerahan diri dalam segala urusan, khususnya sesuatu yang tidak kita sukai dan tidak diharapkan,  kepada Allah Azza wa Jalla sebagai Sang Pemilik. Tidak seorang hambapun mampu berbuat sesuatu bila Allah tidak berkehendak. Pun tidak kuasa menolak sekecil apapun bencana bila Allah menghendakinya.
Manfaat dan kelebihan memperbanyak Hawqalah diantaranya adalah :
  1. Sebagai simpanan kekayaan yang berlimpah di surga, dan pengaruhnya sangat menakjubkan.
Dari Abi Musa Al-Asy’ari radhiallahu anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata kepadaku: “Maukah aku tunjukkan kepadamu salah satu bacaan yang menjadi simpanan kekayaan di dalam syurga?”, Maka aku menjawab: “Tentu, wahai Rasulullah”. Maka beliau menjawab: “Ucapkanlah Laa Haula wa Laa Quwwata illa Billaah”
Suatu ketika Al Asyja’i melaporkan kepada Rasulullah saw bahwa anaknya yang bernama Auf telah ditawan oleh musuh. Maka Rasulullah berpesan kepadanya agar Al Asyja’i mengutus seseorang untuk menemui anaknya dan menyampaikan agar Auf memperbanyak membaca “La Haula wa La Quwwata Illa Billah”.
Maka setelah hal tersebut disampaikan dan Auf memperbanyak membaca “Laa Haula wa La Quwwata Illa Billah” terjadilah bermacam keajaiban. Betapa tidak, tali kulit yang mengikat tangan Auf tiba-tiba terlepas maka Auf pun kabur dengan menunggang onta milik musuh.
Bahkan saat Auf di kejar dan bertemu dengan musuhnya kembali dia dapat terlepas setelah membaca “La Haula wa La Quwwata Illa Billah.”
Orang tua Auf menceritakan kejadian tersebut kepada Rasulullah saw. Maka Rasulullahpun mengijinkan Auf untuk mengambil onta yang telah dicurinya dari musuhnya tersebut. Setelah itu turunlah ayat Al-Qur’an:
“Dan barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan menjadikan baginya jalan keluar,” ( Terjemah QS. Ath-Thalaq(65):2)
Rasulullah saw bersabda: “ Perbanyaklah membaca ‘La Haula wa La Quwwata Illa Billah’, karena sesungguhnya ia merupakan perbendaharaan dari perbendaharaan-perbendaharaan Surga. (HR.Ahmad)
  1. Penawar bagi segala penyakit dan penderitaan seperti rasa bimbang.
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang mengucapkan Laa Haula wa Laa Quwwata illa Billaah maka hal itu sebagai penawar baginya dari 99 penyakit dan yang termudah adalah rasa bimbang”. (HR. Tabrani).
Hubaib bin Salamah rahimmullah saat menghadapi musuh atau mengepung sebuah benteng sangat senang memperbanyakkan ucapan “ Laa Haula wa Laa Quwwata illa Billaah “.
Diceritakan bahwa suatu hari ia mengepung sebuah benteng milik bangsa Romawi sehingga ia putus asa, lalu tentara kaum Muslimin membaca zikir tersebut sambil bertakbir, akhirnya benteng tersebut hancur.
Pengalaman luar biasa juga pernah diceritakan oleh Abu Khair, Ishaq Al Gharawi. Dia menceritakan bahwa mereka pernah diserang sebuah pasukan dengan delapan puluh ekor gajah. Akibatnya pasukan mereka, termasuk pasukan berkuda menjadi berantakan.
Peristiwa ini, ujar Abu Khair membuat Muhammad bin Qasum panik. Melihat kondisi ini dia kemudian membaca “La Haula wa La Quwwata Illa Billah” berkali-kali.
Tak lama kemudian tiba-tiba saja gajah-gajah tersebut berhamburan mencari sumber air. Para pawang mereka tak mampu mengendalikan tingkah aneh gajah-gajah peliharaan mereka itu. Ternyata Allah swt telah memberikan rasa panas dan haus yang amat sangat kepada para gajah ciptaan-Nya tersebut.
Akhirnya, para pasukan Ishaq Al Gharawi pun dapat melanjutkan perjalanan, bahkan dengan menaiki gajah yang sudah ditaklukkan tersebut.
  1. Pencegah bahaya, dan bahaya yang paling rendah adalah bahaya kemiskinan.
Ibnul Qoyyim rahimahullah mengatakan “ Kalimat Laa Haula wa Laa Quwwata illa Billaah” mempunyai pengaruh yang sangat menakjubkan saat menanggung beban pekerjaan yang sulit dan keras, atau saat menghadap kepada raja dan orang yang ditakutkan, selain pengaruhnya yang efektif untuk menolak kemiskinan.
Makhul rahimahullah berkata: “ Barangsiapa yang yang mengatakan Laa Haula wa Laa Quwwata illa Billaah maka akan lenyap dari dirinya tujuh puluh pintu petaka, yang paling rendah adalah bencana kemiskinan”.
Tentang keutamaan kalimat ini, banyak hadits meriwayatkannya.
Nabi saw yang mulia bersabda, “Maukah aku tunjukkan kepadamu sebuah kalimat yang berasal dari bawah ‘Arsy dari pusaka surga? Katakanlah olehmu: Laa Haula wa La Quwwata Illa Billah”, niscaya Allah akan mengatakan, ‘hambaKu telah menyerahkan dirinya dan meminta perlindungan.”(HR Al-Hakim dari Abu Hurairah r.a)
“Perbanyaklah Al-Baaqiyaat Al-Shaalihaat, yaitu tasbih, tahlil, tahmid, takbir, dan laa haula wa laa quwwata illa billah.”(HR Ahmad, Ibn Hibban dan Al-Hakim dari Abu Sa’id r.a)
Begitu juga hadis dari Abu Musa ra, beliau berkata:
‘Rasulullah saw bersabda kepadaku: “Maukah aku tunjukkan salah satu perbendaharaan dari perbendaharaan syurga? Saya menjawab: “Mau ya Rasulullah”. Kemudian baginda bersabda: “La haula wala quwwata illa billah.”’
Imam a-Nawawi berkata: “La haula wa la quwwata illa billah”, itulah kalimat yang digunakan untuk menyerah diri dan menyatakan bahwa kita tidak mempunyai hak untuk memiliki sesuatu urusan. Ia kalimah yang menyatakan bahawa seseorang hamba tiada mempunyai daya upaya untuk menolak sesuatu kejahatan (kemudaratan) dan tiada mempunyai daya kekuatan untuk mendatangkan kebaikan kepada dirinya melainkan dengan kudrat iradat Allah subhnahu wa ta’ala juga.”
Itu sebabnya seorang mukmin yang senantiasa mengucapkan kalimat “La Haula wala Quwwata illa billah” berulang-ulang kali, menyerahkan segenap hatinya kepada Sang Khalik, insya Allah jiwanya akan tenang, tenteram, dan segala urusan kembali kepada Allah Ta’ala.
Hal ini sekaligus menjadi bukti bahwa mukjizat pertolongan Allah swt bukan hanya hak monopoli para nabi. Seperti ketika nabi Ibrahim as yang tetap bugar meski dibakar api oleh raja Namrud atau nabi Musa as yang dikejar musuh dan tersudut di tepi laut hingga Allah swt memberikan pertolongan-Nya dengan terbelahnya laut. Ataupun nabi Yunus as yang dalam keadaan putus asa terbuang dari kapal kemudian dimakan seekor ikan hiu tapi bisa tetap hidup.
Juga ketika Rasulullah saw dikejar musuh hingga mulut gua bersama sahabat Abu Bakar as-Siddiq, tetapi musuh  tidak dapat melihatnya. Pertolongan Allah swt yang semacam itu juga diperuntukkan kaum Muslimin melalui Hawqallah yaitu lafaz “La haula wa la quwwata illa billah”. Secara lengkap kita juga dapat menambahkan lafaz ” alliyil adzim” yang berarti ” Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung” di belakangnya.
Masya Allah … Sungguh, alangkah beruntungnya kita umat Islam.
Wallahu’ alam bish shawab.
Jakarta, 18 April 2016.
Vien AM.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

Nota: Hanya ahli blog ini sahaja yang boleh mencatat ulasan.