Khamis, 20 Disember 2018

Keutamaan Surah Al-Mulk

Surah Al Mulk adalah surah ke 67 dalam Al-Qur’an. Surah ini tergolong surah ‘makkiyah’ yang terdiri daripada 30 ayat. Dinamakan Al Mulk kerana kata Al Mulk yang terdapat pada ayat pertama surah ini. yang berarti ‘Kerajaan’. Surat ini disebut juga dengan ‘At Tabaarak’ yang berarti Maha Suci.

Surah Al Mulk adalah surah keamanan dan keselamatan, kerana ia akan menjadi penyelamat dan pendinding dari seksa kubur kepada pembacanya.

Surah Mulk hendaklah dibaca secara istiqamah dengan menjadikan membacanya amalan kehidupan seharian. Ulama berkata: “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tidak akan tidur sebelum membaca surah As Sajadah dan surah Al Mulk.”

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
 “Satu surat dalam al-Qur’an (yang terdiri dari) tiga puluh ayat (pada hari kiamat) akan memberi syafa’at (dengan izin Allah Ta’ala) bagi orang yang selalu membacanya (dengan merenungkan artinya) sehingga Allah mengampuni (dosa-dosa)nya, (yaitu surat al-Mulk): “Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan/kekuasaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”. Dalam riwayat lain: “…sehingga dia dikeluarkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga”.
 

Kandungan surah Al mulk antara lain:

Secara umumnya, surah ini banyak mengisahkan tentang kekuasaan Allah terhadap makhluk ciptaan-Nya. Ini jelas digambarkan daripada tajuk surah ini, al-Mulk, yang bermaksud ‘kerajaan’. Pada awal surah, ayat ini diceritakan kesempurnaan ciptaan alam ini, yang tidak ada cacat-celanya.

 Allah telah menciptakan alam ini daripada awal yang tiada apa-apa kepada yang ada dan seterusnya menjaga alam ini dengan penuh kesempurnaan. Allah berkuasa menciptakan dan mematikan sesuatu menurut kehendak-Nya.

Taat dan Takut pada Allah Di Kesunyian
Dalam surat Al Mulk ayat 12, penulis Tafsir Al Jalalain menjelaskan, “Mereka itu takut pada Allah di kesunyian ketika mereka tidak nampak di hadapan manusia lainnya. Mereka pun taat pada Allah dalam keadaan sembunyi-sembunyi. Tentu saja dalam keadaan terang-terangan, mereka pun lebih taat lagi pada Allah”.
Intinya mereka itu taat pada Allah meskipun di kesunyian. Syaikh As Sa’di menjelaskan, “Mereka takut pada Allah dalam setiap keadaan sampai-sampai pada keadaan yang tidak ada yang mengetahui amalan mereka kecuali Allah. Mereka tidak melakukan maksiat dalam kesunyian. Mereka pun tidak mengurangi ketaatan mereka ketika itu.”
 
Ihsan dalam Ibadah
Pengertian ihsan dalam ibadah sebagaimana ditafsirkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits jibril. Ketika ditanya oleh Jibril –yang berpenampilan Arab Badui- mengenai ihsan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak mampu melihat-Nya, Allah akan melihatmu”.
Dalam pengertian ihsan ini terdapat dua tingkatan. Tingkatan pertama disebut tingkatan musyahadah yaitu seseorang beribadah kepada Allah, seakan-akan dia melihat-Nya. Perlu ditekankan bahwa yang dimaksudkan di sini adalah bukan melihat zat Allah, namun melihat sifat-sifat-Nya. Apabila seorang hamba sudah memiliki ilmu dan keyakinan yang kuat terhadap sifat-sifat Allah, dia akan mengembalikan semua tanda kekuasaan Allah pada sifat-sifat-Nya. Dan inilah tingkatan tertinggi dalam derajat Ihsan.
Tingkatan kedua disebut dengan tingkatan muroqobah yaitu apabila seseorang tidak mampu memperhatikan sifat-sifat Allah, dia yakin Allah melihatnya. Dan tingkatan inilah yang banyak dilakukan oleh banyak orang. Apabila seseorang mengerjakan shalat, dia merasa Allah memperhatikan apa yang dia lakukan, lalu dia memperbagus shalatnya.
Beriman pada yang Ghoib
Berdasarkan salah satu penafsiran surat Al Mulk ayat 12, ayat ini menunjukkan keutamaan beriman pada yang ghaib dan keutamaan meyakini adanya kedekatan Allah ketika sendirian atau pun terang-terangan.
Khouf (Takut) yang Membuat Seseorang Menjauh dari Maksiat
Dari ayat ini juga menunjukkan bahwa dengan rasa khouf (takut) membuat seseorang menjauh dari maksiat. Sehingga ketika seseorang mau terjerumus dalam maksiat hendaklah ia memperkuat rasa takut pada Allah. Jangan malah ketika mau terjerumus dalam maksiat ia kedepankan roja’ (harap) pada Allah. Ketika berbuat maksiat malah ia ingat-ingat bahwa Allah Maha Pengampun dan Maha Penerima Taubat. Ini sikap yang keliru, malah ia akan terus menerus dalam dosa. Yang benar, ketika seseorang dalam keadaan mau terjerumus dalam maksiat, hendaklah ia kedepankan rasa khouf (takut) pada Allah. Namun ketika ia dalam kondisi sudah terjerumus dalam berbagai maksiat, maka hendaklah ia kedepankan rasa roja’ (harap) ketika itu.
Tujuannya apa? Tujuannya, jika seseorang mengedapankan rasa takut pada Allah ketika hendak berbuat maksiat, maka ia pasti akan mengurungkan berbuat maksiat. Sedangkan mengedepankan rasa harap ketika bergelimang dosa akan membuatnya tidak berputus asa dari rahmat Allah. Perhatikanlah perbedaan dua hal ini.
Rasa Takut pada Allah Membuat Seseorang Mendapat Naungan-Nya
Keutamaan orang yang takut pada Allah di kesunyian juga disebutkan dalam sebuah hadits muttafaqun ‘alaih (disepakati Bukhari dan Muslim),
“Tujuh golongan yang di mana mereka akan mendapatkan naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan dari-Nya, yaitu: [1] pemimpin yang adil, [2] seorang pemuda yang tumbuh dalam beribadah pada Allah, [3] seseorang yang mengingat Allah di kesunyian lalu meneteslah air matanya, [4] seseorang yang hatinya selalu terkait dengan masjid, [5] seseorang yang saling mencintai karena Allah, [6] seseorang yang diajak oleh seorang wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan untuk menyetubuhinya namun ia katakan, “Aku takut pada Allah, [7] seseorang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi, sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh tangan kanannya.” Lihatlah orang yang mengingat Allah di kesunyian (tanpa ada yang melihatnya kecuali Allah) lalu ia meneteskan air mata dan orang yang diajak berzina namun ia takut pada Allah. Inilah keutamaan dari orang yang beribadah dan takut pada Allah sedangkan manusia-manusia tidak mengetahuinya, mereka akan mendapatkan naungan ‘Arsy Allah.
 
Luasnya Ilmu Allah
Segala sesuatu itu sama di sisi Allah baik yang smbunyikan maupun yang dinampakkan. Tidak ada yang samar sedikit pun baginya. Allahh Ta’ala berfirman,
“Dan rahasiakanlah perkataanmu atau lahirkanlah; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati.” (QS. Al Mulk: 13)
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah mengetahui segala sesuatu yang ada dalam hati berupa berbagai niat dan keinginan.
“Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?” (QS. Al Mulk: 14)
 
Allah Itu Lathif dan Khobir
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,
 “Allah itu Lathif, maksudnya mengetahui segala sesuatu secara detail. Dan Khobir, maksudnya mengetahui segala yang tersembunyi (samar). Hal ini menunjukkan luasnya ilmu Allah terhadap segala sesuatu.”
Allah Ta’ala selanjutnya berfirman,
 “Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya.” (QS. Al Mulk: 15).
Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di menjelaskan ayat di atas, “Sesungguhnya Allah yang menundukkan bumi bagi kalian agar kalian bisa memenuhi berbagai kebutuhan (hajat) kalian.”[16] Ini menunjukkan nikmat Allah dengan memberikan segala kemudahan bagi setiap manusia. Maka Allah-lah yang pantas dipuji dan disanjung.
 
Tawakkal Bukan Berarti Meninggalkan Kerja dan Usaha
Dalam surat Al Mulk ayat 15 di atas juga menunjukkan disyariatkannya berjalan di muka bumi untuk mencari rizki dengan berdagang, bertani, dsb.
Ini menunjukkan bahwa tawakkal bukan berarti meninggalkan kerja dan usaha.
Sahl At Tusturi mengatakan, ”Barangsiapa mencela usaha (meninggalkan sebab) maka dia telah mencela sunnatullah (ketentuan yang Allah tetapkan). Barangsiapa mencela tawakkal (tidak mau bersandar pada Allah) maka dia telah meninggalkan keimanan.” (Jaami'ul Ulum wal Hikam).
 
Hanya Kepada Allah-lah Tempat Kembali
Allah Ta’ala berfirman,
“Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. Al Mulk: 15)
Ibnul Jauzi menafsirkan, “Kalian akan dibangkitkan dari kubur-kubur kalian.” Hal ini menunjukkan adanya hari berbangkit dan hari pembalasan.
 

Keutamaan surah al mulk

Memang banyak fadhilah dan keutamaan dari surat al-Mulk, diantaranya adalah:

1. Abu Hurairah Meriwayatkan hadist, yang bermaksud: “Sesungguhnya di dalam Al-Quran itu, ada satu surat yang mengandungi 30 ayat, ia mensyafaati bagi  yang membacanya. Maka waktu  lelaki itu membacanya,maka waktu itu pula ia meminta ampun untuknya. Surat itu ialah surah Al-Mulk”

2. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda yang bermaksud: “Surah Al-Mulk itu memelihara dan melindungi  pembacanya dari azab kubur.”

3. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda yang bermaksud: “Aku sungguh gembira, sekiranya orang mukmin sentiasa membaca surah Al-Mulk sehingga seolah-olah surah itu tertulis di dalam hatinya.”

4. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda yang bermaksud: “Barangsiapa membaca surah Al Mulk setiap malam, diselamatkannya dari azab kubur.”

5. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda yang bermaksud: “Sesiapa membaca surah Al Mulk pada waktu malam, niscaya datang ke dalam kuburnya surah itu sebagai pengganti untuk bersoal jawab dengan Munkar Nakir

6. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda yang bermaksud: “Sesungguhnya di dalam Al-Quran ada satu surat yang terkandung 30 ayat. Surat itu ialah surah Al Mulk. Ia akan datang kepada pembacanya untuk membantu menjawab didalam kubur sehingga mereka selamat masuk ke dalam Surga.”

7. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda yang bermaksud: “Sebagian surat-surat yang terdapat di dalam Al-Quran ada satu surat yang mengandungi 30 ayat. Surat itu surat Al Mulk. Ia memberi syafaat kepada orang yang membacanya dengan mengeluarkannya dari Neraka dan memasukkannya ke dalam Surga.”

8. Ulama berkata: “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tidak akan tidur melainkan setelah membaca surah As Sajadah dan surah Al Mulk.”

9. Ulama berkata: “Sesungguhnya surat Al-Mulk itu melepaskan pengamal-pengamalnya dari bahaya azab kubur. Ia akan menjawab pada hari kiamat di hadapan Tuhan karena menuntut melepaskan mereka yang mengamalkannya dari azab api Neraka.”

10. Saiyidina Ali berkata: “Barangsiapa mengamalkan surah Al Mulk, niscaya dibawa ia pada hari kiamat di atas sayap malaikat serta wajahnya yang cantik seperti nabi Yusuf.’

11. Ulama berkata: “Sesungguhnya surat Yasin dan surah Al Mulk terkandung di dalamnya beberapa rahasia dan kelebihan. Barangsiapa mengamalkannya niscaya ia mendapat rahasia-rahasia dan kelebihan-kelebihan itu serta dikasihi oleh semua manusia dan juga menjadi hebat pada pandangan makhluk.”

12. Saiyidina Abdullah bin Abbas berkata: “Barangsiapa membaca surah Al Mulk sehingga menjadi amalan wiridnya, niscaya ia mendapat bantuan dan pertolongan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam kuburnya. Bila azab hendak datang ke pihak kepala, terdengar satu seruan: “Tidak boleh engkau datang ke pihak kepala ini karena ada surah Al Mulk”

Begitulah keadaannya bila azab itu pergi ke pihak kaki dan perutnya. Karena semuanya mengandungi surah Al Mulk.”

13.Membaca surat As-Sajdah dan surat Al-Mulk diwaktu Malam itu sama dengan memperoleh lailatul qadar (Hadist).

14.Barang siapa setiap malam membaca surat Al-Mulk, maka kelak ia dapat menang untuk menjawab pertanyaan kubur dan sebelumnya mati jauh dari fitnah(Hadist)

15.Surat Al-Mulk itu dapat mensyafaati pembacanya hingga diampuni dosanya.(Hadist).
Akhirul kalam keutamaan surat ini bisa diperoleh jika seseorang rajin membacanya setiap malamnya, mengamalkan hukum-hukum yang terkandung di dalamnya, mengimani berbagai berita yang disampaikan di dalamnya..Wallahu a’lam.

Sekian dulu dari saya,semoga ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
 





































 

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

Nota: Hanya ahli blog ini sahaja yang boleh mencatat ulasan.