Isnin, 10 Disember 2018

Tutuplah Aib Saudaramu

 

( Penulis Al-Ustadzah Ummu Ishaq Al-Atsariyyah )
Sakinah Mutiara Kata 04 – Juni – 2007 10:38:02
Saudariku muslimah

 Bagi kebanyakan kaum wanita ibu-ibu ataupun remaja putri bergunjing membicarakan aib cacat atau cela yang ada pada orang lain bukanlah perkara yang besar. Bahkan di mata mereka terbilang remeh ringan dan begitu gampang meluncur dari lisan. Seolah-olah obrolan tak asyik bila tidak membicarakan kekurangan orang lain. “Si Fulanah begini dan begitu”. “Si ‘Alanah orang suka ini dan itu”.
Ketika asyik membicarakan kekurangan orang lain seakan lupa dengan diri sendiri. Seolah diri sendiri sempurna tiada cacat dan cela. Ibarat kata pepatah “Kuman di seberang lautan tampak gajah di pelupuk mata tiada tampak.”
Perbuatan seperti ini selain tak pantas/tak baik menurut perasaan dan akal sehat kita ternyata syariat yang mulia pun mengharamkan bahkan menekankan untuk melakukan yang sebaliknya,  yaitu menutup dan merahasiakan aib orang lain.
Ketahuilah wahai saudariku siapa yang suka menceritakan kekurangan dan kesalahan orang lain maka diri pun tak aman untuk diceritakan oleh orang lain. Seorang ulama salaf berkata “Aku mendapati orang2 yang tak memiliki cacat/cela lalu mereka membicarakan aib manusia maka manusia pun menceritakan aib-aib mereka. Aku dapati pula orang2 yang memiliki aib namun mereka menahan diri dari membicarakan aib manusia yang lain maka manusia pun melupakan aib mereka.”1
Tahukah engkau bahwa manusia itu terbagi dua:
Pertama: Seseorang yang tertutup keadaan tak pernah sedikitpun diketahui berbuat maksiat. Bila orang seperti ini tergelincir dalam kesalahan maka tak boleh menyingkap dan menceritakan karena hal itu termasuk ghibah yang diharamkan. Perbuatan demikian juga berarti menyebarkan kejelekan di kalangan orang2 yg beriman. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّ الَّذِيْنَ يُحِبُّوْنَ أَنْ تَشِيْعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِيْنَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ
“Sesungguh orang2 yang menyenangi tersebar perbuatan keji2 di kalangan orang2 beriman mereka memperoleh azab yang pedih di dunia dan di akhirat.”
Kedua: Seorang yang terkenal suka berbuat maksiat dengan terang-terangan tanpa malu-malu tak peduli pandangan dan ucapan orang lain. maka membicarakan orang seperti ini bukanlah ghibah. Bahkan harus diterangkan keadaan kepada manusia hingga mereka berhati-hati dari kejelekannya. Karena bila orang seperti ini ditutup-tutupi kejelekan dia akan semakin bernafsu untuk berbuat kerusakan melakukan keharaman dan membuat orang lain berani untuk mengikuti perbuatannya3.
Saudariku muslimah
Engkau mungkin pernah mendengar hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berbunyi:
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ فيِ الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ ..
“Siapa yang melepaskan dari seorang mukmin satu kesusahan yang sangat dari kesusahan dunia niscaya Allah akan melepaskan dari satu kesusahan dari kesusahan di hari kiamat. Siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya Allah akan memudahkan di dunia dan nanti di akhirat. Siapa yang menutup aib seorang muslim niscaya Allah akan menutup aib di dunia dan kelak di akhirat. Dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba-Nya itu menolong saudaranya.”
Bila demikian engkau telah tahu keutamaan orang yang suka menutup aib saudara sesama muslim yang memang menjaga kehormatan diri, tak dikenal suka berbuat maksiat namun sebalik di tengah manusia ia dikenal sebagai orang baik-baik dan terhormat. Siapa yg menutup aib seorang muslim yang demikian keadaan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menutup aib di dunia dan kelak di akhirat.
Namun bila di sana ada kemaslahatan atau kebaikan yang hendak dituju dan bila menutup akan menambah kejelekan maka tak apa-apa bahkan wajib menyampaikan perbuatan jelek/aib/cela yang dilakukan seseorang kepada orang lain yg bisa memberi hukuman. Jika ia seorang istri mk disampaikan kepada suaminya. Jika ia seorang anak maka disampaikan kepada ayahnya. Jika ia seorang guru di sebuah sekolah maka disampaikan kepada mudir- . Demikian seterusnya.
Yang perlu diingat wahai saudariku diri kita ini penuh dengan kekurangan aib cacat dan cela. maka sibukkan diri ini untnk memeriksa dan menghitung aib sendiri niscaya hal itu sudah menghabiskan waktu tanpa sempat memikirkan dan mencari tahu aib orang lain. Lagi pula orang yang suka mencari-cari kesalahan orang lain untnk dikupas dan dibicarakan di hadapan manusia Allah Subhanahu wa Ta’ala akan membalas dgn membongkar aib walaupun ia berada di dlm rumahnya.
Sebagaimana disebutkan dlm hadits Abu Barzah Al-Aslami radhiyallahu ‘anhu dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
يَا مَعْشَرَ مَنْ آمَنَ بِلِسَانِهِ وَلَمْ يَدْخُلِ اْلإِيْمَانُ قَلْبَهُ، لاَ تَغْتَابُوا الْمُسْلِمِيْنَ، وَلاَ تَتَّبِعُوْا عَوْرَاتِهِمْ، فَإِنَّهُ مَنِ اتَّبَعَ عَوْرَاتِهِمْ يَتَّبِعِ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَوْرَاتِهُ، وَمَنْ يَتَّبِعِ اللهُ عَوْرَتَهُ يَفْضَحْهُ فِي بَيْتِهِ
“Wahai sekalian orang yang beriman dengan lisan dan iman itu belum masuk ke dlm hatinya5. Janganlah kalian mengghibah kaum muslimin dan jangan mencari-cari/mengintai aurat6 mereka. Karena orang yang suka mencari-cari aurat kaum muslimin Allah akan mencari-cari auratnya. Dan siapa yang dicari-cari aurat oleh Allah niscaya Allah akan membongkar di dlm rumah .”
Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma menyampaikan hadits yang sama ia berkata “Suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam naik ke atas mimbar lalu menyeru dgn suara yang tinggi:
يَا مَعْشَرَ مَنْ أَسْلَمَ بِلِسَانِهِ وَلَمْ يُفْضِ اْلإِيْمَانُ إِلَى قَلْبِهِ، لاَ تُؤْذُو الْمُسْلِمِيْنَ، وَلاَ تُعَيِّرُوْهُمْ، وَلاَ تَتَّبِعُوْا عَوْرَاتِهِمْ، فَإِنَّهُ مَنْ تَتَبَّعَ عَوْرَةَ أَخِيْهِ الْمُسْلِمِ تَتَبَّعَ اللهُ عَوْرَتَهُ، وَمَنْ يَتَّبِعِ اللهُ عَوْرَتَهُ، يَفْضَحْهُ وَلَوْ فِي جَوْفِ رَحْلِهِ
“Wahai sekalian orang yang mengaku berislam dengan lisan dan iman itu belum sampai ke dlm hatinya. Janganlah kalian menyakiti kaum muslimin janganlah menjelekkan mereka jangan mencari-cari aurat mereka. Karena orang yang suka mencari-cari aurat saudara sesema muslim Allah akan mencari-cari auratnya. Dan siapa yg dicari-cari aurat oleh Allah niscaya Allah akan membongkar walau ia berada di tengah tempat tinggalnya.”
Dari hadits di atas tergambar pada kita betapa besar kehormatan seorang muslim. Sampai-sampai ketika suatu hari Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma memandang ke Ka’bah ia berkata:
مَا أَعْظَمَكِ وَأَعْظَمَ حُرْمَتَكِ، وَالْمُؤْمِنُ أَعْظَمَ حُرْمَةً عِنْدَ اللهِ مِنْكِ
“Alangkah agung engkau dan besar kehormatanmu. Namun seorang mukmin lbh besar lagi kehormatan di sisi Allah darimu.”7
Karena itu saudariku Tutuplah cela yang ada pada dirimu dengan menutup cela yang ada pada saudaramu yang memang pantas ditutup. Dengan engkau menutup cela saudaramu Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menutup celamu di dunia dan kelak di akhirat. Siapa yg Allah Subhanahu wa Ta’ala tutup cela di dunia di hari akhir nanti Allah Subhanahu wa Ta’ala pun akan menutup cela sebagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ يَسْتُرُ اللهُ عَلَى عَبْدٍ فِي الدُّنْيَا إِلاَّ سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Tidaklah Allah menutup aib seorang hamba di dunia melainkan nanti di hari kiamat Allah juga akan menutup aibnya8.”
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.
1 Jami’ul Ulum Wal Hikam .
2 Baik seseorang yg disebarkan kejelekan itu benar-benar terjatuh dlm perbuatan tersebut ataupun sekedar tuduhan yg tdk benar.
3 Jami’ul Ulum Wal Hikam Syarhul Arba’in Ibnu Daqiqil Ied Qawa’id wa Fawa`id minal Arba’in An-Nawawiyyah .
4 Syarhul Arba’in An-Nawawiyyah Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin .
5 Yakni lisan menyatakan keimanan namun iman itu belum menancap di dlm hatinya.
6 Yang dimaksud dgn aurat di sini adl aib/cacat atau cela dan kejelekan. Dilarang mencari-cari kejelekan seorang muslim utk kemudian diungkapkan kepada manusia.
7 Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi no. 2032
8 Al-Qadhi ‘Iyadh rahimahullahu berkata: “Tentang ditutup aib si hamba di hari kiamat ada dua kemungkinan. Pertama: Allah akan menutup kemaksiatan dan aib dengan tidak mengumumkan kepada orang2 yang ada di mauqif . Kedua: Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan menghisab aib dan tidak menyebut aib tersebut.” Namun kata Al-Qadhi sisi yang pertama lebih nampak karen ada hadits lain.”
Hadits yang dimaksud adl hadits dari Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma ia berkata “Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ يُدْنِي الْمُؤْمِنَ فَيَضَعُ عَلَيْهِ كَنَفَهُ وَيَسْتُرُهُ فَيَقُوْلُ: أَتَعْرِفُ ذَنْبَ كَذَا، أَتَعْرِفُ ذَنْبَ كَذَا؟ فَيَقُوْلُ: نَعَمْ، أَيْ رَبِّ. حَتَّى إِذَا قَرَّرَهُ بِذُنُوْبِهِ وَرَأَى فِي نَفْسِهِ أَنَّهُ هَلَكَ، قَالَ: سَتَرْتُهَا عَلَيْكَ فِي الدُّنْيَا، وَأَنَا أَغْفِرُهَا لَكَ الْيَوْمَ. فَيُعْطِي كِتَابَ حَسَنَاتِهِ ..
“Sesungguh Allah mendekatkan seorang mukmin lalu Allah meletakkan tabir dan menutupi si mukmin . Allah berfirman ‘Apakah engkau mengetahui dosa ini yang pernah kau lakukan? Apakah engkau tahu dosa itu yang dulu di dunia engkau kerjakan?’ Si mukmin menjawab: ‘Iya hamba tahu wahai Rabbku .’ Hingga ketika si mukmin ini telah mengakui dosa-dosa dan ia memandang diri akan binasa karena dosa-dosa tersebut Allah memberi kabar gembira padanya: ‘Ketika di dunia Aku menutupi dosa-dosamu ini dan pada hari ini Aku ampuni dosa-dosamu itu.’ Lalu diberikanlah pada catatan kebaikan-kebaikannya”
 
Paris, 14 Maret 2011.
Vien AM.
 


































 

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

Nota: Hanya ahli blog ini sahaja yang boleh mencatat ulasan.