Sabtu, 4 Ogos 2018

Amalan Yang Dicintai Allah




Memasukkan Rasa Gembira di Hati Muslim

Ibnu Umar r.a. berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : “Amal ibadah yang paling dicintai Allah ‘Azza wa jalla adalah engkau memasukkan rasa gembira kepada orang muslim atau menghilangkan kesulitan darinya, atau engkau membayarkan hutangnya, atau engkau mengusir rasa lapar darinya.” (HR At Thabrani)

Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi Muhammad saw bersabda : “Barangsiapa menghilangkan kesulitan dari seorang mukmin dari kesulitan-kesulitan dunia, maka Allah akan menghilangkan darinya kesulitan dari kesulitan-kesulitan pada hari kiamat. Allah akan selalu menolong seseorang selama ia menolong orang lain.” (HR Muslim, Ahmad, dan At Tirmidzi)


Imam Muhammad bin Ishak rahimahullah telah meriwayatkan bahwa orang orang Madinah ada yang hidup selalu mendapatkan bantuan, tetapi mereka tidak tahu dari mana bantuan tersebut dan siapa yang memberikannya. Tatkala Zainal Abidin bin Husain rahimahullah meninggal dunia, mereka baru merasakannya, mereka baru tahu bahwa ternyata dialah orangnya yang dahulu selalu mendatangi mereka di waktu malam dengan membawa bantuan yang diberikannya kepada mereka. Mereka juga menyebutkan, ketika memandikannya mereka menemukan pada punggungnya dan pundaknya bekas-bekas membawa karung ke rumah-rumah para janda, anak-anak yatim, dan kaum miskin.

Abu Said Al Khudzri r.a. mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda “Perbuatan ma’ruf dapat mencegah mati secara buruk.” (HR Ibnu AbidDunya)

Sifat “Itsar” (Mengutamakan Orang Lain) dan “Muwasah” (Menghibur Orang Lain)
Allah swt telah memerintahkan kita agar kita memegang teguh kedua sifat mulia ini, ketika Dia memuji kaum Anshar dalam firmanNya :

“Dan, mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka, sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan).” (Al Hasyr : 9)

Ibnu Umar r.a. berkata, “Aku pernah memberikan hadiah kepala kambing kepada salah seorang sahabat Rasulullah saw, tetapi ia berkata, “Ada orang lain yang lebih memerlukan daripada saya.” Lalu, dia pun mengirimkannya kepada orang tersebut, lalu orang kedua itu mengirimkannya kepada orang ketiga yang menurutnya lebih memerlukan daripada dirinya. Begitulah seterusnya. Setiap orang yang dikiriminya, kerana dianggap lebih perlu  mengirimnya (memberikannya) kepada orang lain hingga kepala kambing tersebut kembali ke orang pertama, setelah ia berpindah-pindah melalui tujuh orang.”

Di antara keajaiban itsar adalah apa yang diriwayatkan oleh Adawi ketika ia bertutur, “Aku pergi sambil membawa air untuk anak pamanku pada saat terjadinya perang Yarmuk. Aku berkata dalam hatiku, “Jika ia haus, aku akan memberinya air.” Lalu aku menemukannya, aku berkata, “Aku akan memberimu air minum.” Ketika ia mengisyaratkan bahwa ia mau, tiba-tiba ada orang lain yang sedang mengaduh, “Aduh, aduh”. Sepupuku itu mengisyaratkan kepadaku dengan kepalanya agar aku segera pergi ke orang tersebut. Ternyata ia adalah Hisyam bin Ash. Aku berkata, “Aku akan memberimu minum.” Ia memberikan isyarat “Ya”. Lalu, ia mendengar ada orang lain yang sedang mengaduh-aduh.

Hisyam pun mengisyaratkan kepadaku agar aku pergi kepadanya. Ternyata orang tersebut telah meninggal dunia. Maka aku segera menemui Hisyam, dan ternyata ia telah meninggal dunia. Lantas aku mendatangi anak pamanku, dan ternyata ia juga telah meninggal dunia. Tidak satupun yang sempat minum airku karena sikap itsar mereka kepada orang lain.”

Contoh lain. Al Hikam dalam kitab al Mustadrak dan Abu Nu’aim dalam kitab Auliya meriwayatkan bahwa Muawiyah bin Abu Sufyan r.a. mengirimkan 80.000 (delapan puluh ribu) dirham kepada Aisyah r.a. yang saat itu sedang berpuasa, dengan berpakaian lusuh. Saat itu juga hadiah tersebut dibagikan kepada kaum fakir miskin sehingga tidak tersisa sedikitpun. Pembantu Aisyah berkata kepadanya, “Wahai Ummul Mukminin, mengapa engkau tidak menyisakan satu dirham sehingga engkau mampu membeli daging untuk berbuka nanti? Jawab ‘Aisyah r.a., “Wahai putriku, jika engkau mengingatkanku tadi, tentu aku melakukannya. Janganlah engkau marah padaku.”

Perhatikanlah, bagaimana ‘Aisyah sampai melupakan dirinya sendiri sehingga tidak menyisakan satu dirham pun. Hal itu terjadi kerana perhatiannya yang penuh kepada fakir miskin, para janda, dan orang-orang yang lain. Dia ingin menggembirakan hati orang lain dan tahu bahwa jalan ke arah sana adalah dengan melakukan itsar dan muwasah.

Mendoakan Kaum Muslimin dan Muslimah, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia.

Abu Darda r.a. mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda : “Doa orang muslim untuk saudaranya yang telah tiada, akan dikabulkan. Di kepalanya terdapat malaikat mewakili, selagi mendoakan kebaikan untuk saudaranya. Malaikat tersebut akan mengatakan “Amin” dan engkau akan mendapakan hal serupa.” (HR Muslim, Ahmad, dan Ibnu Majjah)

Seorang sahabat yang mulia, Imran bin Husain, mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda : “Doa seorang untuk saudaranya yang telah tiada, tidak akan ditolak.” (HR al Bazaar)

Memberikan Shadaqah dan Mengerjakan Kebaikan

Dulu, kaum salafus saleh berkata, “ Orang yang hidup untuk dirinya sendiri tidak layak untuk dilahirkan.”

Rasulullah saw. bersabda : “Sesungguhnya seorang wanita pelacur melihat seekor anjing sedang mengelilingi sebuah sumur pada suatu hari yang terik. Anjing itu menjulurkan lidahnya karena kehausan, maka dibukanya botnya, lalu wanita tersebut diampuni dosa-dosanya.” (HR Muslim)

Rasulullah saw telah memudahkan urusan sedekah ini kepada kita dengan sabda beliau : “Hendaklah salah seorang dari kamu menyelamaykan wajahnya dari api meskipun hanya dengan (melakukan sedekah sebesar) separuh kurma, yakni setengah biji kurma.” (HR Ahmad)

“Jagalah dirimu dari api nereka, meskipun dengan separuh biji kurma. Jika tidak menemukannya, maka (bersedekahlah) dengan tutur kata yang baik.” (HR Bukhori, Muslin, Nasa’i, dan Darami)

Pada suatu hari Rasulullah saw duduk-duduk bersama para sahabatnya dan berkata, “Siapa di antara kalian yang puasa hari ini?” Abu Bakar menjawab, “Saya”. Tanya Nabi saw lagi, “Siapa di antara kalian yang yang menjenguk orang sakit hari ini?” Abu Bakar menjawab, “Saya”. Rasulullah saw bertanya : “Siapa di antara kalian yang hari ini mengiringi jenazah?” Jawab Abu Bakar, “Saya”. Lalu Rasulullah saw bersabda : “Semua (perkara) itu tidak berkumpul pada diri seseorang melainkan ia akan masuk surga.” (HR Muslim)

Mengunjungi saudaranya (Kaum Muslimin)/bersilaturrahmi

Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw bersabda : “Ada seorang laki-laki mengunjungi saudaranya yang tinggal di sebuah dusun, maka Allah Ta’ala mengirim satu malaikat untuk mengikutinya dalam perjalanan. Setelah bertemu dengan orang itu, ia bertanya: “Hendak ke mana Anda?” Orang itu menjawab, “Hendak mengunjungi saudaraku.” Malaikat itu bertanya, “Apakah berkunjung ini kerana Anda berhutang budi kepadanya?” Jawab orang itu, “Tidak, tetapi aku mencinta dia semata-mata kerana Allah Ta’ala.” Kata malaikat, “Sesungguhnya aku (malaikat) diutus Allah Ta’ala menemui Anda, untuk menyampaikan bahwa Allah mencintai Anda kerana Anda mencintai saudaramu kerana Allah

sumber: ansilham.wordpresssemata.” (HR Muslim, Ahmad, dan Bukhori)












































Tiada ulasan:

Catat Ulasan

Nota: Hanya ahli blog ini sahaja yang boleh mencatat ulasan.